zulandri11: Dahulu zat kimia diberi nama sesuai
dengan nama penemunya, nama tempat, nama zat asal, sifat zat, dan
lain-lain. Dengan semakin bertambahnya jumlah zat yang ditemukan baik
alami ataupun buatan, maka perlu adanya tata nama yang dapat memudahkan
penyebutan nama suatu zat. IUPAC (International Union Pure and Applied
Chemistry) merupakan badan internasional yang membuat tata nama zat
kimia yang ada di dunia ini. Akan tetapi, untuk kepentingan tertentu
nama zat yang sudah lazim (nama trivial) sering digunakan karena telah
diketahui khalayak. Contohnya nama asam cuka lebih dikenal dibanding
asam asetat atau asam etanoat.
Perubahan dari pereaksi menjadi hasil reaksi digambarkan dengan tanda anak panah. Angka koefisien menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan hasil reaksi. Angka koefisien dituliskan di depan rumus kimia zat, agar reaksi menjadi setara. Reaksi dikatakan setara jika jumlah atom di kiri sama dengan jumlah atom di kanan tanda anak panah, sehingga sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa. Wujud/fase zat ada 4, yaitu:
NaOH dan HCl disebut pereaksi/reaktan
A. Tata Nama Senyawa
Untuk memudahkan penamaan, senyawa dikelompokkan menjadi 2 yaitu senyawa
organik dan senyawa anorganik. Senyawa anorganik dibagi dua yaitu
senyawa biner dan senyawa poliatomik. Senyawa biner adalah senyawa yang
mengandung dua jenis unsur, sedangkan senyawa poliatomik terdiri atas
lebih dari 2 jenis unsur.
1. Tata nama senyawa anorganik
a. Tata nama senyawa anorganik biner
Senyawa biner ada 2 macam, yaitu terdiri atas atom:
- logam dan nonlogam;
- nonlogam dan nonlogam.
Jika senyawa biner terdiri atas atom logam dan nonlogam dengan logam yang hanya mempunyai satu
macam muatan/bilangan oksidasi, maka namanya cukup dengan menyebut nama
kation (logam) dan diikuti nama anionnya (nonlogam) dengan akhiran -ida.
Contoh-contoh tata nama senyawa biner dari
logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi
Akan tetapi jika atom logam yang bertindak sebagai kation mempunyai
lebih dari satu muatan/bilangan oksidasi, maka nama senyawa diberikan
dengan menyebut nama logam + (bilangan oksidasi logam) + anionnya
(nonlogam) dengan akhiran -ida.
Contoh-contoh tata nama senyawa biner dari
logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi
Jika senyawa biner terdiri atas atom unsur nonlogam dan nonlogam, maka
penamaan dimulai dari nonlogam pertama diikuti nonlogam kedua dengan
diberi akhiran -ida.
Contoh-contoh tata nama senyawa biner (nonlogam-nonlogam)
Jika 2 jenis nonlogam dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa, maka digunakan awalan Yunani.
Contoh-contoh tata nama senyawa biner dari
unsur yang dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa
Senyawa yang memiliki nama umum boleh tidak menggunakan tata nama menurut IUPAC.
b. Tata nama senyawa anorganik poliatomik
Senyawa anorganik poliatomik pada umumnya merupakan senyawa ion yang
terbentuk dari kation monoatomik dengan anion poliatomik atau kation
poliatomik dengan anion monoatomik/poliatomik. Penamaan dimulai dengan
menyebut kation diikuti anionnya.
Contoh-contoh senyawa poliatomik.
Senyawa asam dapat didefinisikan sebagai zat kimia yang dalam air
melepas ion H +. Contohnya HCl, H2SO4, H3PO4. (Materi asam akan dibahas
lebih lanjutdi kelas XI). Penamaan senyawa asam adalah dengan menyebut
anionnya dan diawali kata asam.
Contoh-contoh senyawa poliatomik
2. Tata nama senyawa organik
Jumlah senyawa organik sangat banyak dan tata nama senyawa organik lebih
kompleks karena tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi
dari rumus struktur dan gugus fungsinya. Di sini hanya dibahas tata nama
senyawa organik yang sederhana saja, karena senyawa organik secara
khusus akan dibahas pada materi Hidrokarbon dan Senyawa Karbon.
Contoh-contoh senyawa organik yang sederhana
B. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi adalah persamaan yang menggambarkan hubungan zat-zat
kimia yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi kimia. Persamaan reaksi
dinyatakan dengan rumus kimia zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi,
angka koefisien, dan fase/wujud zat. Zat-zat yang bereaksi disebut
pereaksi/reaktan dituliskan di sebelah kiri tanda anak panah, sedangkan
zat-zat hasil reaksi atau produk reaksi dituliskan di sebelah kanan
tanda anak panah.
Perubahan dari pereaksi menjadi hasil reaksi digambarkan dengan tanda anak panah. Angka koefisien menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan hasil reaksi. Angka koefisien dituliskan di depan rumus kimia zat, agar reaksi menjadi setara. Reaksi dikatakan setara jika jumlah atom di kiri sama dengan jumlah atom di kanan tanda anak panah, sehingga sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa. Wujud/fase zat ada 4, yaitu:
1. cair/liquid (l);
2. padat/solid (s);
3. gas (g);
4. larutan (aq).
Contoh: natrium hidroksida direaksikan dengan asam klorida menghasilkan natrium klorida dan air.
Maka persamaan reaksinya:
Natrium hidroksida + asam klorida → natrium klorida + air
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq)+ H2O (aq)
NaOH dan HCl disebut pereaksi/reaktan
NaCl dan H2O disebut hasil reaksi
Dalam persamaan reaksi berlaku jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Pada reaksi tersebut:
Atom Na di kiri 1 dan di kanan 1
Atom O di kiri 1 dan di kanan 1
Atom H di kiri 2 dan di kanan 2
Atom Cl di kiri 1 dan di kanan 1
Jumlah atom di kiri 5 atom sedang di kanan juga 5 atom, maka persamaan
tersebut telah setara. Jika terjadi jumlah atom sebelum dan sesudah
reaksi tidak sama, maka persamaan reaksi tersebut belum setara.
0 comments:
Post a Comment