Ikatan Kimia: Materi
terdiri atas atom. Oleh karena kimia mempelajari materi, teori atom merupakan
fondasi logis kimia. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia pertama
akan muncul ketika atom bergabung membentuk molekul. Proses yang menjelaskan
bagaimana karakter hubungan atom dengan atom, yakni pembentukan ikatan kimia
sangat berperan dalam perkembangan kimia. Untuk memahami ikatan kimia dengan
sebenarnya diperlukan dukungan mekanika kuantum. Kini mekanika kuantum
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kimia. Jadi mekanika kuantum sangat
diperlukan bagi yang ingin mempelajari betapa pentingnya ikatan kimia.
3.1 Teori ikatan kimia sebelum abad 20
a. Afinitas kimia
Teori
atom adalah premis untuk konsep ikatan kimia. Namun, teori afinitas lebih disukai
kimiawan abad 18 mungkin dapat dianggap sebagai asal teori ikatan kimia modern,
walaupun afinitas kimia merupakan teori reaksi kimia. Dasar teori afinitas
adalah konsep „like attract like“, sesama manarik sesama. Kimiawan Perancis
Étienne François Geoffroy (1672-1731) membuat tabel dengan enambelas jenis zat
didaftarkan dalam urutan afinitasnya pada zat lain (Gambar 3.1). Karya ini
memiliki signifikansi historis karena orang dapat memprediksi hasil reaksi
dengan bantuan Gambar 3.1.
Sekitar
pertengahan abad 19, kimiawan mencari cara untuk mengukur afinitas kimia dengan
kuantititatif. Kimiawan Denmark Hans Peter Jargen Julius Thomsen (1826-1909)
dan kimiawan Pernacis Pierre Eugene Marcelin Berthelot (1827-1907) menggunakan
kalor yang dihasilkan dalam reaksi sebagai ukuran afinitas kimia. Namun, ada
beberapa reaksi yang endoterm, walaupun sebagian besar reaksi eksoterm.
Kemudian menjadi jelas, tidak ada hubungan yang sederhana antara kalor yang
dihasilkan dalam reaksi dan afinitas kimia.
b. Dualisme Elektrokimia
Dualisme
elektrokimia adalah teori ikatan kimia rasional yang pertama, dan teori ini
diusulkan oleh Davy, Berzelius dkk di pertengahan pertama abad 19. Dasar teori
Berzelius adalah sebagai berikut: atom berbagai unsur bermuatan positif atau
negatif dalam jumlah yang berbeda, dan muatan ini adalah gaya dorong
pembentukan zat. Misalnya, tembaga bermuatan listrik positif dan oksigen bermuatan
negatif. Tembaga oksida terbentuk dengan kombinasi kedua unsur tersebut masih
sedikit positif. Hal ini yang menyebabkan umumnya oksida logam yang agak
positif dan air yang agak negatif bereaksi satu sama lain menghasilkan
hidroksida. Penemuan bahwa elektrolisis oksida logam alkali menghasilkan logam
dan oksigen dengan baik dijelaskan dengan dualisme elektrokimia.
Namun,
ditemukan beberapa kasus yang tidak cocok dengan teori ini. Menurut aksioma
Berzelius, atom hidrogen bermuatan positif dan atom khlorin bersifat negatif.
Menurut teori Berzelius, walaupun asam asetat, CH3COOH, bersifat
asam, asam trikhloroasetat, CCl3COOH, seharusnya basa. Berzelius
percaya b ahwa muatan listrik adalah asal usul keasaman dan kebasaan. Karena
penukaran hidrogen dengan khlorin, yang muatannya berlawanan, akan membentuk
basa. Faktanya asam trikhloroasetat asam, bahkan lebih asam dari asam asetat
Dualisme elektrokimia dengan demikian perlahan ditinggalkan.
Teori Valensi
Di
paruh akhir abad 19, teori yang lebih praktis diusulkan dari bidang kimia
organik. Banyak senyawa organik yang telah disintesis sebelum masa itu, dan
strukturnya telah ditentukan dengan analisis kimia. Karena dijumpai banyak
senyawa yang secara kimia mirip (misalnya, dalam nomenklatur saat ini sifat-sifat
deret asam karboksilat), kimiawan mengusulkan beberapa teori untuk
mengklasifikasikan dan mengurutkan kemiripan sifat ini. Menurut salah satu
teori, satu radikal (misalnya radikal benzoil, C7H5O-)
yang terdiri dari beberapa atom dianggap ekuivalen dengan satu atom dalam
senyawa anorganik (Tabel 3.1). Teori lain menjelaskan bahwa kemampuan ikatan
(afinitas kimia) atom tertentu yang terikat sejumlah tertentu atom lain.
Table
3.1 Beberapa contoh senyawa dengan radikal benzoil
Rumus saat itu
|
Rumus modern
|
Nama
|
C7H5O・H
|
C6H5CHO
|
Benzaldehida
|
C7H5O・OH
|
C6H5COOH
|
Asam benzoat
|
C7H5O・Cl
|
C6H5COCl
|
benzoil khlorida
|
Kimiawan
Jerman Stradouity Friedrich August Kekulé (1829-1896) dan kimiawan Inggris
Archibald Scott Couper (1831-1892) mengelaborasikan teori kedua menjadi teori
valensi. Kekulé menganggap bahwa satu atom karbon memiliki empat satuan
afinitas (dalam terminologi modern, valensi) dan menggunakan satuan afinitas
ini dengan empat atom hidrogen membentuk CH4 atau berkombinasi
dengan dua atom oksigen membentuk CO2. Ia juga menyarankan
kemungkinan atom karbon dapat berkombinasi dengan atom karbon lain, menggunakan
satu dari empat valensinya, dan setiap atom karbon dapat berkombinasi dengan
atom lain termasuk atom karbon, dengan menggunakan tiga valensi sisanya.
Kekulé
mengusulkan metoda menggambarkan molekul (yang disebut dengan sosis Kekulé)
seperti di gambar 3.2. Pada tahap ini, valensi hanya sejenis indeks yang
mengindikasikan rasio atom yang menyusun molekul.
|
||
Metana CH4
|
etana CH3CH3
|
asam asetat CH3COOH
|
Gambar
3.2 Struktur molekul yang diusulkan oleh Kekulé. Pada tahap ini konsep ikatan
kimia yang menghubungkan atom belum jelas.
Couper
memformulasikan teorinya dengan cara yang mirip, tetapi ia mendahului Kekulé
dalam menggunakan istilah “ikatan” yang digunakan seperti saat ini untuk
menyatakan ikatan atom atom. Konsep fundamental dalam kimia organik modern,
yakni rantai atom karbon, secara perlahan diformulasikan. Jadi konsep ikatan
kimia digunakan oleh Kekulé dan Couper didasarkan atas teori valensi dan ikatan
kimia pada dasarnya identik dengan konsep modern ikatan kimia. Harus ditekankan
bahwa di abad 19 tidak mungkin menjawab pertanyaan mendasar mengapa kombinasi
tetentu dua atom membentuk ikatan sementara kombinasi dua atom lain tidak akan
membentuk ikatan.
Selanjutnya:
0 comments:
Post a Comment