B.
Gaya Antar molekul
Kemampuan menarik yang dimiliki suatu elektron disebut
dengan gaya tarik-menarik. Adanya gaya
tarik-menarik ini memungkinkan terjadinya suatu ikatan. Ikatan kimia terjadi
karena adanya kecenderungan atom untuk memenuhi rumus duplet dan oktet dalam
konfigurasi elektronnya. Kecenderungan ini menyebabkan atom memiliki kemampuan yang
berbeda dalam menarik elektron. Elektronegativitas adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan daya tarik-menarik atom pada elektron dalam suatu
ikatan.
Bagaimanakah gaya tarik-menarik itu timbul? Suatu atom
dapat membentuk molekul atau ion karena adanya sifat elektronegativitas atau daya
atom menarik elektron. Daya tarik-menarik timbul karena adanya perbedaan
elektronegativitas pada suatu atom. Elektron yang berperan dalam hal ini adalah
elektron pada kulit terluar (elektron valensi). Perhatikan Gambar 2.10 ini.
Pada molekul HCl, atom hidrogen mempunyai satu elektron
pada kulit terluar, sehingga cenderung memenuhi rumus duplet, yaitu dengan
mencari 1 elektron lagi agar genap menjadi dua. Di sisi lain, Cl memiliki 7
elektron pada kulit terluar dan cenderung memenuhi rumus oktet dengan mencari 1
elektron lagi agar genap menjadi delapan. Karena atom H baru memiliki 1
elektron, sementara atom Cl kekurangan 1 elektron, maka ketika jarak antara
keduanya dekat, akan terjadi tarik-menarik dan terbentuklah ikatan. Cl mempunyai elektronegativitas yang lebih tinggi karena
jumlah electron disekitar Cl lebih banyak. Jadi, pasangan elektron yang
tersebar di antara atom H dan Cl tidak terbagi merata. Sisi atom Cl yang lebih
negatif mengakibatkan atom H menjadi sisi positif dan atom Cl menjadi sisi
negatifnya.
Sisi positif dinotasikan sebagai + yang
menyatakan sebagian muatan positif dan sisi negatif dinotasikan dengan – yang
menyatakan sebagian muatan negatif. Dalam molekul, muatan positif dan negatif
yang sama dipisahkan oleh jarak yang menunjukkan suatu dipol. Perbedaan
keelektronegatifan yang besar antaratom akan membentuk molekul yang bersifat
polar. Sebaliknya, apabila perbedaan keelektronegatifan
antar atom kecil atau nol, maka molekul yang terbentuk bersifat non-polar.
Terdapat 3 jenis gaya tarik menarik antar molekul, yaitu gaya
London, gaya tarik dipol-dipol dan gaya yang ditimbulkan oleh ikatan hidrogen. Semuanya
akan kita bahas satu persatu.
1.
Gaya London
Elektron pada suatu atom mengalami pergerakan
dalam orbital. Pergerakan atau perpindahan elektron ada suatu atom dapat
mengakibatkan tidak meratanya kepadatan elektron pada atom, sehingga atom tersebut
mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif dibandingkan sisi yang lain.
Pergerakan ini menimbulkan dipol sesaat. Gambar 2.11 menggambarkan perbedaan
sebaran elektron pada orbital normal dan orbital yang mengalami dipol sesaat.
Adanya dipol sesaat menyebabkan molekul yang bersifat non-polar menjadi
bersifat agak polar.
Gaya London adalah gaya tarik lemah yang disebabkan oleh
adanya dipol imbasan sesaat. Dipol sesaat pada suatu atom dapat mengimbas atom
yang berada di sekitarnya sehingga terjadilah dipol terimbas yang menyebabkan
gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol terimbas. Gaya ini yang disebut
sebagai Gaya London.
Pergerakan
elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul akan bertambah
besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang semakin besar
pula. Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul
disebut polarisabilitas. Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa
molekul relatif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr suatu molekul,
maka semakin besar polarisabilitasnya dan semakin besar pula Gaya Londonnya. Mudahnya
suatu atom untuk membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas. Perhatikan
contoh soal berikut untuk memahami kaitan jumlah electron dengan Mr dan bentuk
molekul.
Bagaimana perbandingan Gaya London antara 2 molekul yang mempunyai
7 Mr yang sama? Molekul dengan struktur panjang mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mengalami dipol sesaat atau lebih mudah mengalami polarisabilitas.
Hal ini dikarenakan molekul dengan struktur panjang mempunyai bidang yang lebih
luas bila dibandingkan dengan molekul yang memiliki struktur lebih rapat dan
kecil. Neopentana dan normal pentana merupakan contoh 2 molekul dengan Mr sama.
2. Gaya Tarik Dipol-dipol
Gaya London terjadi pada molekul non-polar. Lantas bagaimana gaya tarik
yang terjadi pada molekul polar? Molekul polar memiliki sebaran elektron yang
tidak merata dikarenakan perbedaan keelektronegatifannya yang besar. Perbedaaan
keelektronegatifan ini menyebabkan suatu atom terbagi menjadi dua muatan
(dipol), satu ujung memiliki muatan positif dan lainnya bermuatan negatif.
Terdapat kecenderungan bahwa ujung positif akan berdekatan dengan ujung negatif
atom lain di dekatnya. Keadaan ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang
disebut dengan gaya tarik dipoldipol.
Perhatikan gaya tarik
dipol-dipol pada molekul polar HCl berikut.
Gaya
tarik ini menyebabkan molekul mempunyai titik didih dan titik leleh yang
tinggi. Kekuatan gaya tarik dipol-dipol ini lebih kuat dibandingkan dengan Gaya
London pada molekul non-polar. Tabel 2.2
memberikan perbedaan sifat fisis
antara molekul polar dan non-polar.
Gaya
tarik-menarik antarmolekul, yaitu Gaya London dan gaya tarik dipol-dipol
bergabung untuk mengadakan ikatan antarmolekul. Gabungan kedua gaya ini disebut
sebagai Gaya Van der Walls.
Gabungan
dua gaya tarik-menarik, yaitu Gaya London dan gaya tarik dipol-dipol disebut
sebagai Gaya Van der Walls
3. Ikatan Hidrogen
Apabila kita perhatikan keelektronegatifan dari unsure H2O, HF, dan NH3, atom H mempunyai sifat
sangat positif, sedangkan atom O, F, dan N mempunyai sifat sangat negatif.
Perbedaan keelektronegatifan yang besar ini menyebabkan atom H
terikat kuat pada atom O, F dan N. Ikatan ini yang disebut sebagai ikatan
hidrogen. Perhatikan data Mr dan perbedaan
keelektronegatifan dari beberapa molekul pada Tabel 2.3 di
samping.
Bandingkan elektronegativitas unsur-unsur dalam satu golongan,
seperti yang tertulis pada Tabel 2.3. Tabel ini menunjukkan bahwa dalam satu
golongan, yakni golongan VIIA, kemampuan menarik
dari atom H lebih efektif pada unsur dengan Mr yang lebih kecil,
karena perbedaan elektronegativitasnya yang tinggi. Padahal secara teoritis,
semakin besar Mr semakin besar pula elektronegativitasnya. Mengapa bisa
demikian?
Kasus penyimpangan tersebut disebabkan oleh adanya ikatan
hidrogen. Gaya yang dihasilkan oleh ikatan hidrogen lebih kuat dibandingkan
Gaya Van der Walls. Pada unsur-unsur golongan VII dalam Tabel 2.3, terbentuk ikatan
hidrogen yang kuat dan menyebabkan penyimpangan sifat fisis pada molekul
sehingga molekul dengan ikatan hidrogen mempunyai titik didih yang relatif
tinggi.
Sebelum membahas lanjut tentang ikatan hidrogen, diskusikanlah dahulu
permasalahan tentang gaya antar molekul berikut.
Perhatikan baik-baik titik didih senyawa unsur hidrida golongan
IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA pada Gambar 2.15. Gaya yang memengaruhi titik
didih senyawa unsure hidrida golongan IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA adalah Gaya
Van der Walls. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, unsur memiliki Gaya Van
der Walls yang semakin bertambah sebanding dengan bertambah besarnya Mr.
Sebagai
akibat yang seharusnya, titik didih dari atas ke bawah dalam satu
golongan semakin bertambah. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Perhatikan
titik didih H2O, HF dan NH3. Ketiganya memiliki titik didih yang berbeda jauh dengan senyawa
hidrida yang lain. Mengapa demikian? Diskusikan jawabannya.
D i s k u s
C. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Sifat Fisis Senyawa
Gaya tarik-menarik antara muatan positif dari dipol yang satu
dengan muatan negatif dari dipol yang lain akan menentukan sifat fisis molekul,
seperti titik didih dan titik beku. Gaya tarik-menarik juga menentukan bagaimana
wujud suatu molekul, apakah berupa padatan, cair atau uap.
Gaya tarik-menarik yang besar antaratom memungkinkan molekul pada suhu
tertentu berbentuk padatan. Pada keadaan gas, molekul berdiri sendiri dan tidak
ada gaya tarik-menarik antarmolekul. Pada keadaan cair, akan dibutuhkan lebih
sedikit gaya tarik-menarik antarmolekul diban dingkan
keadaan padatnya.
Perubahan bentuk molekul padatan menjadi cair memerlukan energy yang
besar untuk mengimbangi gaya tarik-menarik tersebut. Energi ini ditunjukkan dengan
titik cair (titik leleh) molekul. Begitu pula untuk menguapkan molekul yang
berupa cairan, diperlukan energi yang ditunjukkan dengan titik didih. Maka,
apabila gaya tarik antarmolekul besar, semakin besar pula
titik didihnya.
Titik
beku menunjukkan besarnya energi yang dibutuhkan molekul untuk berikatan.
Besarnya titik beku sebanding dengan gaya yang terjadi antarmolekulnya.
Perhatikan contoh soal berikut agar kalian lebih paham.
Selanujutnya:
0 comments:
Post a Comment